Jumat, 30 November 2012

Pembersihan Pengaruh PKI, Momentum Kelahiran Yonif 411 Brigif 6/2 Kostrad



 SEJAK masa kolonial, Salatiga telah menjadi basis militer. Alasannya, Pemerintah Belanda melihat Salatiga sebagai kota penting karena berada di perlintasan tiga kota utama, Solo, Magelang dan Semarang.
Ditunjang udara sejuk karena berada di lereng pegunungan, menjadikan kota yang indah kala itu, didominasi pemukim Bangsa Belanda. Kini, bekas-bekas peninggalan Belanda, termasuk fasilitas militer, tetap terjaga.

Karena itulah, di kota itu banyak sekali markas militer. Satu di antaranya, Batalyon Infanteri (Yonif) 411/Pandawa. Batalyon merupakan satuan militer yang terdiri dari dua sampai enam kompi. Dalam satu batalyon beranggotakan 300 sampai 1.300 serdadu. Sementera, infanteri merupakan pasukan militer yang mempunyai tugas utama sebagai satuan tempur.

Sejarah pembentukan Yonif 411, berawal dari penggabungan Batalyon 444 dan Batalyon 446, yang berada di bawah Brigade Panembahan Senopati di Solo. Keduanya melebur menjadi Batalton K.

Pada 1952, Brigade Panembahan Senopati diubah menjadi Resimen Infanteri 15. Sembilan tahun kemudian resimen tersebut dilikuidasi menjadi Korem 072 untuk satuan teritorial dan Brigade Infanteri (Brigif) 6 untuk satuan tempur.
Begitulah, hingga akhirnya Yonif 411 berada di bawah Brigif 6, yang bermarkas di Solo. Pada 1977, Brigif 6 secara resmi bergabung ke Kostrad dan tidak lagi di bawah Kodam IV/Diponegoro.

Dipulangkan ke Jawa

Batalyon K, yang merupakan momentum lahirnya Yonif 411 mulanya berkedudukan di Kleco Solo, dipimpin Mayor Kaderi. Penggunaan nama Yonif 411 secara resmi dilakukan pada 1966. Mei 1967, usai operasi Dwikora di Kalsel, pasukan Yonif 411 dipulangkan ke Jawa. Markas mereka dipindahkan dari Kleco ke Klaten. Pejabat batalyon lalu diserahkan kepada Letkol Soegiri.

Sebagai komandan baru, Soegiri mempunyai tugas utama membersihkan pasukannya dari pengaruh PKI. Prajurit yang dicurigai sebagian dipindahtugaskan ke Irian Jaya (Papua) dan sebagian lainnya dibebastugaskan. Saat itu, hanya 61 orang yang tersisa.

Untuk mengisi kekosongan prajurit, Soegiri menerima 104 Bintara, 399 Tamtama, dan beberapa perwira lulusan Akabri. Momen peremajaan personel yang bebas dari pengaruh PKI itulah, dijadikan hari lahir Yonif 411/Pandawa, 1 Juni 1967.
Tahun 1974, markas Yonif 411 dipindahkan dari Klaten ke Salatiga kecuali satu kompi senapan. Baru pada 1986, pasukan Yonif 411 seluruhnya bermarkas di Salatiga. (tsr Kihub Brigif 6)

Dalam sejarahnya, estafet pucuk pimpinan batalyon berlangsung selaras dengan pergerakan organisasi di Angkatan Darat. Kini, 554 parjurit Yonif 411 dipimpin Komandan Batalyon (Danyon) Mayor Gunawan Permadi. ’’Dalam pertempuran pasukan di darat, infanteri mempunyai tugas mencari, mendekati, dan menghancurkan musuh,’’ tutur Gunawan.

Berfungsi sebagai batalyon tempur, maka setiap prajurit harus mempunyai keterampilan dan pengetahuan dasar sesuai dengan pangkat masing-masing. Ada tujuh tingkatan kemampuan bagi prajurit.
Kemampuan tersebut diasah melalui latihan dan pengajaran setiap hari. Berada di bawah Kostrad, menjadikan prajurit Yonif 411 harus siap bertugas menghadapi ancaman dengan eskalasi nasional, regional, hingga internasional.
’’Sebagai pasukan pemukul strategis, kami harus selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme,’’ tandas Gunawan. (tsr kihub brigif 6)

1 komentar:

  1. Selamat pagi, salam hormat, Ndan

    Kalau boleh tahu, dimanakah tepatnya alamat bekas markas batalyon 444 yang berada di Kleco, kota Solo.

    Terima kasih banyak

    BalasHapus