AWAL
TERBENTUK DAN PERKEMBANGANNYA
Cikal
bakal terbentuknya Yonif-412/ Raider bermula dari Batalyon Roi 1 ” 451 “ Yonif
13 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Panglima tertinggi – VII/Dip Nomor
: KPTS/58/7/1959 tanggal 15 Juli 1959 dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus
1959 oleh Panglima Tertinggi Dam VII/Dip saat itu Kolonel Inf Soeharto
bertempat di alun-alun Purworejo. Seperti halnya batalyon-batalyon lain di
jajaran Kodam VII/Dip pada saat itu mengadakan regrouping maka begitu pula
dengan Yonif 451, berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII/Dip
Nomor :
Kep/38/8/1965 tanggal 1 Agustus 1965 Yonif 451 dilebur menjadi Batalyon “
L “ dengan tunggul bergambar ketunggeng “ Scorpio “ dengan nama “ Bharata Eka
Shakti “ yang memiliki arti ksatria yang kokoh dan mempunyai kekuatan yang
sangat luar biasa dengan Komandan Batalyon Mayor Inf Wisnoeroedi. Perkembangan
selanjutnya pada tanggal 7 Pebruari 1966 semua batalyon dalam jajaran Brigade
Infanteri 6 yang semula menggunakan kode huruf diganti dengan kode angka
sehingga Batalyon “L” berubah nama menjadi Batalyon 412, sedangkan penggunaan
lokasi “412” oleh seluruh anggota dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kesaktian
Pancasila (1 Oktober 1966). Perubahan ini berdasarkan Surat Keputusan Pangdam
VII/Dip Nomor Kep/8/2/1966. Dalam perkembangannnya lebih lanjut Yonif 412
berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII/Dip Nomor Kep /11/I/1978 pada tanggal
20 Januari 1978, status Batalyon-Batalyon Brigif 6 termasuk Yonif 412 yang
berada di bawah Kodam VII/Dip lepas dan selanjutnya masuk menjadi organisasi
Administratif Kostrad hingga sebutannya menjadi Yonif 412 Brigif 6 Kostrad.
Atas pertimbangan dan kebijakan Kasad, Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu pada saat
itu, Yonif 412 terpilih menjadi salah satu dari 10 Batalyon Raider yang
dibentuk. Pemilihan menjadi Batalyon Raider ini bukan hanya karena faktor
keberuntungan dan asal tunjuk saja tetapi lebih kepada prestasi yang
ditunjukkan oleh Yonif 412 itu sendiri dalam melaksanakan setiap penugasan di
dalam maupun luar negeri.
PENGABDIAN
Adapun
penugasan operasi Yonif 412/Raider sejak awal pembentukan hingga sekarang
antara lain tugas operasi di Kalimantan dalam rangka menumpas PGRS/PARAKU, Pam
Pemilu, dan Pam Wilayah pada tahun 1971, 1997, dan 2001. Penugasan Timor-Timur
melaksanakan Operasi Seroja pada tahun 1976, 1978 sebanyak 78 orang
melaksanakan tugas operasi MARTP 6 dan berhasil menangkap Lobato yang saat itu
menjabat Presiden GPK, tahun 1980, 1981, 1992 berhasil menangkap Trix yang saat
itu menjabat sebagai Danki GPK, dan tahun 1998. Penugasan di wilayah Papua pada
tahun 1994, 1996, 1997, 1999, baik berangkat dalam hubungan batalyon maupun
kompi pemburu. Penugasan di wilayah Sumatera pada tahun 1982 dan 1999.
Penugasan
di daerah rawan Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2002, 2003, 2004 yang
berhasil mendapatkan 71 pucuk senjata dan tahun 2005 sebanyak 50 orang yang
tergabung dalam Gultor juga melaksanakan penugasan yang sama. Selain
melaksanakan penugasan dalam negeri, Yonif 412/Raider sebanyak 33 orang
mengikuti tugas tergabung dalam kontingen RI Garuda VIII di Timur Tengah. Yonif
412 Raider juga ikut aktif dalam operasi kemanusiaan, hal ini diwujudkan dalam
membantu dan menolong korban Tsunami Aceh tahun 2004 yang menelan korban hingga
ratusan ribu orang, penanganan Gempa Yogyakarta yang terjadi tahun 2006, dan
operasi kemanusiaan lainnya. Agar selalu tercipta kemanunggalan TNI dengan
rakyat, Yonif 412 Raider senantiasa melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial
yang dilaksanakan dalam wujud karya bakti, donor darah, anjangsana baik kepada
TOGA maupun TOMAS dan kegiatan – kegiatan Binter lainnya. Pembinaan Teritorial
dilaksanakan oleh Yonif 412/ R/6/2 Kostrad dengan penuh rasa tanggung jawab,
karena Yonif 412/R/6/2 Kostrad menyadari bahwa yonif ini merupakan bagian dari
masyarakat dan harus memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan Bangsa
Indonesia dengan tidak bertanya apa yang telah diberikan negara kepadanya
tetapi selalu bertanya apa yang dapat dan akan diberikan kepada bangsa dan
Negara Republik Indonesia
Yonif
412/Raider memiliki dua Ton Khusus beranggotakan 50 orang yang tergabung dalam
Tim penanggulangan anti teror yang sudah mendapatkan pelatihan khusus di Pusdik
Passus Batujajar dan diharapkan mampu untuk mengantisipasi setiap kemungkinan
yang terjadi. Selain pelatihan materi taktik dan teknik Infanteri secara umum
juga mendapatkan pelatihan taktik dan teknis khusus di Pusdikpassus Batujajar
sejak tahun 2004. Satuan khusus ini terus melatih diri dan dididik oleh satuan secara
intensif. Tim ini dibentuk dan dilatih untuk menanggulangi setiap ancaman teror
yang mungkin terjadi. Salah satu bentuk pelatihan yang cukup menantang adalah
operasi Raid, dimana satuan ini harus membebaskan tawanan ataupun menghancurkan
obyek vital musuh tanpa harus diketahui oleh masyarakat di sekitar mereka.
Sarana perlengkapan dan peralatan yang berbeda dengan satuan Infanteri pada
umumnya juga membantu dalam setiap pelaksanaan tugas operasi dimanapun dan
kapanpun juga di seluruh wilayah Indonesia. Selain bertugas menjaga keamanan
pangkalan dan penanggulangan anti teror, Ton ini juga ikut andil dalam
penugasan di daerah rawan Aceh dan diberi tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang ada bagi setiap personelnya.
Selain
memiliki kemampuan teknis dan taktis militer, prajurit – prajurit Yonif 412/
R/6/2 Kostrad juga dibekali kemampuan beladiri perorangan yaitu beladiri Boxer.
Dalam cabang ini Yonif 412/R/6/2 Kostrad ikut aktif dalam mengikuti berbagai
kegiatan pertandingan yang dilaksanakan baik di tingkat daerah sampai dengan
tingkat nasional, dan saat ini tengah mempersiapkan diri dalam menghadapi
pertandingan dalam rangka Piala Presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar